Berkata Imam Syafi'i: "Ilmu itu Cahaya dan cahaya tak akan masuk pada kemaksiatan"

Senin, 04 Juli 2011

Al-Habib Usman bin Yahya, MUFTI BETAWI.
salah satu nama kitabnya saya jadikan nama blog ini.

Al-Habib  Usman bin Yahya lahir di Pekojan, Jakarta Barat pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal 1238 H atau 1822 M. Ayahnya  adalah Abdullah bin Aqil bin Syech bin Abdurahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya. Sedangkan ibunya adalah Aminah binti Syekh Abdurahman Al-Misri. Beliau pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah Haji, tetapi kemudian bermukim  di sana selama 7 tahun  dengan maksud memperdalam ilmunya. Guru utama beliau adalah ayahnya sendiri. Sedangkan ketika berada di Mekah beliau belajar/berguru pada sayyid Ahmad Zaini Dahlan ( Mufti Mekah ). Pada tahun 1848 berangkat pula ke Hadramaut untuk balajar pada guru-gurunya :



1.Syekh Abdullah bin Husein bin Thahir
2.Habib Abdullah bin Umar bin Yahya
3. Habib Alwi bin Saggaf Al-Jufri
4.Habib Hasan bin Shaleh Al-Bahar.

Dari Hadramaut berangkat ke Mesir  dan belajar di Kairo walaupun hanya untuk 8 bulan. Kemudian meneruskan perjalanan lagi ke Tunis ( berguru pada Syekh Abdullah Basya ), Aljazair ( belajar pada Syekh Abdurahman Al-Magribhi ), Istanbul, Persia dan Syiria. Maksud beliau berpergian dari satu negeri ke negeri lain adalah untuk memperoleh dan mendalami bermacam-macam ilmu seperti ilmu fiqh, tasawuf, tarikh, falak, dan lain-lain. Setelah itu kembali ke Hadramaut.

Tahun 1862 M./1279 H. kembali ke Batavia dan menetap di Batavia hingga wafat pada tahun 1331 H./1913 M. Al-Habib Usman bin Yahya diangkat menjadi Mufti menggantikan mufti sebelumnya, Syekh Abdul Gani yang telah lanjut usianya, dan sebagai Adviseur Honorer  untuk urusan Arab ( 1899 – 1914 ) di kantor Voor Inlandsche Zaken. Sebagai seorang Ulama, Al-Habib Usman bin Yahya ini sangat produktif mengarang buku. Walaupun buku-buku karangannya pendek-pendek, sekitar 20 halaman saja, tetapi banyak mengenai pertanyaan yang sering timbul dalam masyarakat Muslim tentang syariat Islam. Beberapa buku karangannya, yaitu :

Taudhih Al-Adillati ‘ala Syuruthi Al-Abillah, Al-Qawanin Asy-Syar’iyah li Ahl Al-Majalisi Al-Hukmiyah wal Iftaiyah , Ta’bir Aqwa ‘adillah, Jam Al-Fawaid, Sifat Dua Puluh, Irsyad Al-Anam, Zahr Al-Basim,Ishlah Al-Hal, Al-Tuhfat Al-Wardiah, Silsilah Alawiyah, Al-Thariq Al-Shahihah, Taudhih Al-Adillah , Masalik Al-Akhyar, Sa’adat Al-Anam, Nafais Al-Ihlah, , Kitab Al-Faraid, , Saguna Sakaya, Muthala’ah, Soal Jawab Agama, Tujuh Faedah, Al-Nashidat Al-Aniqah, Khutbah Nikah, Al-Qu’an Wa Al-Dua, Ringkasan Ilmu Adat Istiadat, Ringkasan seni membaca Al-Qur’an, Membahasa Al-Qur’an dan  Kesalahan Dalam Berdo’a, , Perhiasan, Ringkasan Unsur-unsur Do’a, Ringkasan Tata Bahasa Arab, Al-Silisilah Al-Nabawiyah, Atlas Arabi, Gambar Mekah dan Madinah, Ringkasan Seni Menentukan Waktu Sah Untuk Shalat, Ilmu kalam, Hukum Perkawinan, Ringkasan Hukum Pengunduran Diri Istri Secara Sah, Ringkasan Undang-Undang Saudara Susu, Buku Pelajaran Bahasa dan Ukuran Buku, Adab Al-Insan, Kamus Arab Melayu, Cempaka Mulia, Risalah Dua Ilmu, Bab Al-Minan, Hadits Keluarga, Khawariq Al-Adat, Kitab Al-Manasik dan Ilmu Falak.

Dalam bukunya Risalah Dua Ilmu beliau membagi Ulama menjadi 2 macam yaitu Ulama Dunia dan Ulama Akhirat. Ulama dunia itu tidak Ikhlas, materialistis, berambisi dengan kedudukan, sombong dan angkuh, sedangkan Ulama akhirat adalah orang yang ikhlas, tawadhu’, yang berjuang mengamalkan ilmunya tanpa pretensi apa-apa, lillahi ta’ala, hanya mencari Ridho Allah semata.

Anggapan orang bahwa Al-Habib Usman bin Yahya seorang yang anti tarekat adalah tidak benar, sebab beliau belajar tasawuf dan Ilmu Tarekat di Hadramaut dan Mekah. Kalau Memang Al-Habib Usman bin Usman menentang itu, tentulah tarekat yang menyimpang dari Agama. Al-Habib Usman bin Yahya belajar ke Mesir, Tunis, Aljazair, Yordania dan Turki, selain ke Mekah dan Hadramaut. Karena itu kalau dikatakan bahwa beliau berpakaian modern itu bisa diterima karena banyak pergaulannya. Karena ilmunya yang luas maka diangkatlah beliau menjadi mufti Betawi oleh pemerintah Hindia Belanda.


Sumber: himpunan-aidid.org

Minggu, 03 Juli 2011

Malaikat Menunaikan Haji Setiap Tahun Untuknya

Abu Abdurrahman Abdullah bin Mubarok al-Hanzhalial al-Marwazi lahir pada tahun 118 H/736 M. Ia adalah seorang ahli hadis yang terkemuka dan seorang petapa yang termasyhur. Ia sangat ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, antara lain dibidang gramaika dan kesusastraan. Ia adalah seorang saudqagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia di kota Hit yang terletak ditepi sungai Eufrat pada tahun 181H/797 M.

Abdullah bin Mubarak berkata:

Aku adalah seorang yang sangat suka menunaikan ibadah haji. Bahkan setiap tahun aku selalu berhaji. Pernah pada suatu hari, seperti biasanya setiap aku akan menunaikan ibadah haji, aku mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan keberangkatanku. Aku pergi ke pasar unta dengan membawa lima ratus dinar untuk membeli seekor unta untuk perjalanan hajiku. Ternyata uangku tidak cukup untuk membeli seekor unta. Maka aku pulang kembali ke rumah. Namun di tengah perjalanan, aku melihat seorang wanita sedang berdiri di tempat sampah. Dia mengambil bangkai seekor ayam dan membersihkan bulu-bulunya, tanpa menyadari kehadiranku di dekatnya.

Aku menghampirinya dan berkata kepadanya, "Mengapa engkau melakukan ini, wahai hamba Allah?" Wanita itu menjawab, "Tinggalkan aku, dan urus saja urusanmu sendiri! Daging ini haram untukmu tetapi halal untukku (darurat)"

Aku berkata, "Demi Allah, beritahukan kepadaku keadaanmu yang sebenarnya!" Wanita itu berkata, "Baiklah, akan kukatakan keadaanku yang sebenarnya karena engkau telah memaksaku dengan bersumpah atas nama Allah. Ketahuilah! Sesungguhnya aku adalah wanita Alawiyyah (keturunan nabi SAW). Aku mempunyai tiga orang anak kecil dan suamiku telah meninggal dunia. Sudah tiga hari ini, aku dan anak-anakku belum makan apa-apa. Aku sudah mencari sesuap nasi kemana-mana demi tiga orang anakku, namun aku tidak menemukannya selain bangkai ayam ini. Maka aku akan memasak bangkai ini karena ia halal untuk aku dan anak-anakku (darurat)."

Ketika aku mendengar apa yang dikatakan wanita itu, sungguh bulu kudukku langsung berdiri tegak, hatiku terasa tersayat-sayat oleh derita mereka. Aku berkata dalam hati, "Wahai Ibnu Mubarak, haji mana yang lebih mulia daripada menolong wanita ini?" Kemudian aku berkata kepada wanita itu, "Wahai wanita Alawiyyah, sesungguhnya bangkai ayam ini telah diharamkan untukmu. Bukalah bungkusanmu, aku ingin memberimu dengan sedikit pemberian." Lalu wanita itu mengeluarkan sebuah bungkusan dan aku pun menumpahkan semua uang dinarku ke dalam bungkusan itu.

Wanita itu langsung berdiri tergesa-gesa karena bahagia dan dia mendoakan kebaikan untukku. Kemudian aku pulang ke rumah, sementara keinginanku untuk pergi haji sudah pupus. Lalu aku menyibukkan diri dengan banyak istighfar dan beribadah kepada Allah. Rombongan haji pun mulai berangkat ke Baitullah.

waktu terus bergulir, musim haji pun telah lewat. Abdullah bin Mubarak pun menyambut kawan-kawannya yang baru pulang dari naik haji. “selamat semoga Allah menerima haji mu dan segala usahamu,” sambut Abdullah bin Mubarak. 

Tetapi anehnya, teman-teman Abdullah bin Mubarak pun mengucapkan kalimat yang ama untuk beliau: dmeikian pula untukmu Abdullah, semoga Allah menerima ibadah haji mu dan segala usahamu.” Bukankah kami bertemu dengan mu pada waktu ibadah haji kemarin, hai Abdullah?” ujar seorang temannya. Abdullah bin Mubarak semakin heran dan tidak mengerti. 

Namun dimalam harinya keheranan Abdullah pun terjawab. Dalam mimpinya Abdullah bin Mubarak bermimpi bertemu Rasulullah SAW datang dan bersabda padanya: “: "Wahai Ibnu Mubarak, engkau telah memberikan uang dinarmu kepada salah seorang keturunanku. Engkau telah melapangkan kesusahannya dan engkau telah memperbaiki kondisinya dan anak-anaknya. Maka Allah telah mengutus malaikat dalam rupamu. Malaikat itu menunaikan haji untukmu setiap tahun. Dan pahala untukmu akan mengalir terus hingga hari kiamat." Aku pun terbangun dari tidurku. Aku bersyukur dan memuji kepada Allah atas segala karunia-Nya kepadaku”.

Alangkah bahagianya Abdullah bin Mubarak Allah tetap menghajikannya dengan menggantikan untuknya seorang malaikat yang akan menghajikannya setiap tahun. Maha benar Allah yang tidak menyia-nyiakan amalan hambanya. Ia telah membahagiakan Rasulullah SAW karena menolong keturunannya. Tentulah kita juga akan sangat berterima kasih ketika seseorang menolong keturunan kita atau anak kita kepada orang yang telah menolong itu. Dan siapa yang membahagiakan Rasulullah SAW, maka ia telah membahagiakan Allah SWT.

Sumber: Dari berbagai sumber