Berkata Imam Syafi'i: "Ilmu itu Cahaya dan cahaya tak akan masuk pada kemaksiatan"

Senin, 04 Juli 2011

Al-Habib Usman bin Yahya, MUFTI BETAWI.
salah satu nama kitabnya saya jadikan nama blog ini.

Al-Habib  Usman bin Yahya lahir di Pekojan, Jakarta Barat pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal 1238 H atau 1822 M. Ayahnya  adalah Abdullah bin Aqil bin Syech bin Abdurahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya. Sedangkan ibunya adalah Aminah binti Syekh Abdurahman Al-Misri. Beliau pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah Haji, tetapi kemudian bermukim  di sana selama 7 tahun  dengan maksud memperdalam ilmunya. Guru utama beliau adalah ayahnya sendiri. Sedangkan ketika berada di Mekah beliau belajar/berguru pada sayyid Ahmad Zaini Dahlan ( Mufti Mekah ). Pada tahun 1848 berangkat pula ke Hadramaut untuk balajar pada guru-gurunya :



1.Syekh Abdullah bin Husein bin Thahir
2.Habib Abdullah bin Umar bin Yahya
3. Habib Alwi bin Saggaf Al-Jufri
4.Habib Hasan bin Shaleh Al-Bahar.

Dari Hadramaut berangkat ke Mesir  dan belajar di Kairo walaupun hanya untuk 8 bulan. Kemudian meneruskan perjalanan lagi ke Tunis ( berguru pada Syekh Abdullah Basya ), Aljazair ( belajar pada Syekh Abdurahman Al-Magribhi ), Istanbul, Persia dan Syiria. Maksud beliau berpergian dari satu negeri ke negeri lain adalah untuk memperoleh dan mendalami bermacam-macam ilmu seperti ilmu fiqh, tasawuf, tarikh, falak, dan lain-lain. Setelah itu kembali ke Hadramaut.

Tahun 1862 M./1279 H. kembali ke Batavia dan menetap di Batavia hingga wafat pada tahun 1331 H./1913 M. Al-Habib Usman bin Yahya diangkat menjadi Mufti menggantikan mufti sebelumnya, Syekh Abdul Gani yang telah lanjut usianya, dan sebagai Adviseur Honorer  untuk urusan Arab ( 1899 – 1914 ) di kantor Voor Inlandsche Zaken. Sebagai seorang Ulama, Al-Habib Usman bin Yahya ini sangat produktif mengarang buku. Walaupun buku-buku karangannya pendek-pendek, sekitar 20 halaman saja, tetapi banyak mengenai pertanyaan yang sering timbul dalam masyarakat Muslim tentang syariat Islam. Beberapa buku karangannya, yaitu :

Taudhih Al-Adillati ‘ala Syuruthi Al-Abillah, Al-Qawanin Asy-Syar’iyah li Ahl Al-Majalisi Al-Hukmiyah wal Iftaiyah , Ta’bir Aqwa ‘adillah, Jam Al-Fawaid, Sifat Dua Puluh, Irsyad Al-Anam, Zahr Al-Basim,Ishlah Al-Hal, Al-Tuhfat Al-Wardiah, Silsilah Alawiyah, Al-Thariq Al-Shahihah, Taudhih Al-Adillah , Masalik Al-Akhyar, Sa’adat Al-Anam, Nafais Al-Ihlah, , Kitab Al-Faraid, , Saguna Sakaya, Muthala’ah, Soal Jawab Agama, Tujuh Faedah, Al-Nashidat Al-Aniqah, Khutbah Nikah, Al-Qu’an Wa Al-Dua, Ringkasan Ilmu Adat Istiadat, Ringkasan seni membaca Al-Qur’an, Membahasa Al-Qur’an dan  Kesalahan Dalam Berdo’a, , Perhiasan, Ringkasan Unsur-unsur Do’a, Ringkasan Tata Bahasa Arab, Al-Silisilah Al-Nabawiyah, Atlas Arabi, Gambar Mekah dan Madinah, Ringkasan Seni Menentukan Waktu Sah Untuk Shalat, Ilmu kalam, Hukum Perkawinan, Ringkasan Hukum Pengunduran Diri Istri Secara Sah, Ringkasan Undang-Undang Saudara Susu, Buku Pelajaran Bahasa dan Ukuran Buku, Adab Al-Insan, Kamus Arab Melayu, Cempaka Mulia, Risalah Dua Ilmu, Bab Al-Minan, Hadits Keluarga, Khawariq Al-Adat, Kitab Al-Manasik dan Ilmu Falak.

Dalam bukunya Risalah Dua Ilmu beliau membagi Ulama menjadi 2 macam yaitu Ulama Dunia dan Ulama Akhirat. Ulama dunia itu tidak Ikhlas, materialistis, berambisi dengan kedudukan, sombong dan angkuh, sedangkan Ulama akhirat adalah orang yang ikhlas, tawadhu’, yang berjuang mengamalkan ilmunya tanpa pretensi apa-apa, lillahi ta’ala, hanya mencari Ridho Allah semata.

Anggapan orang bahwa Al-Habib Usman bin Yahya seorang yang anti tarekat adalah tidak benar, sebab beliau belajar tasawuf dan Ilmu Tarekat di Hadramaut dan Mekah. Kalau Memang Al-Habib Usman bin Usman menentang itu, tentulah tarekat yang menyimpang dari Agama. Al-Habib Usman bin Yahya belajar ke Mesir, Tunis, Aljazair, Yordania dan Turki, selain ke Mekah dan Hadramaut. Karena itu kalau dikatakan bahwa beliau berpakaian modern itu bisa diterima karena banyak pergaulannya. Karena ilmunya yang luas maka diangkatlah beliau menjadi mufti Betawi oleh pemerintah Hindia Belanda.


Sumber: himpunan-aidid.org

Minggu, 03 Juli 2011

Malaikat Menunaikan Haji Setiap Tahun Untuknya

Abu Abdurrahman Abdullah bin Mubarok al-Hanzhalial al-Marwazi lahir pada tahun 118 H/736 M. Ia adalah seorang ahli hadis yang terkemuka dan seorang petapa yang termasyhur. Ia sangat ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, antara lain dibidang gramaika dan kesusastraan. Ia adalah seorang saudqagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia di kota Hit yang terletak ditepi sungai Eufrat pada tahun 181H/797 M.

Abdullah bin Mubarak berkata:

Aku adalah seorang yang sangat suka menunaikan ibadah haji. Bahkan setiap tahun aku selalu berhaji. Pernah pada suatu hari, seperti biasanya setiap aku akan menunaikan ibadah haji, aku mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan keberangkatanku. Aku pergi ke pasar unta dengan membawa lima ratus dinar untuk membeli seekor unta untuk perjalanan hajiku. Ternyata uangku tidak cukup untuk membeli seekor unta. Maka aku pulang kembali ke rumah. Namun di tengah perjalanan, aku melihat seorang wanita sedang berdiri di tempat sampah. Dia mengambil bangkai seekor ayam dan membersihkan bulu-bulunya, tanpa menyadari kehadiranku di dekatnya.

Aku menghampirinya dan berkata kepadanya, "Mengapa engkau melakukan ini, wahai hamba Allah?" Wanita itu menjawab, "Tinggalkan aku, dan urus saja urusanmu sendiri! Daging ini haram untukmu tetapi halal untukku (darurat)"

Aku berkata, "Demi Allah, beritahukan kepadaku keadaanmu yang sebenarnya!" Wanita itu berkata, "Baiklah, akan kukatakan keadaanku yang sebenarnya karena engkau telah memaksaku dengan bersumpah atas nama Allah. Ketahuilah! Sesungguhnya aku adalah wanita Alawiyyah (keturunan nabi SAW). Aku mempunyai tiga orang anak kecil dan suamiku telah meninggal dunia. Sudah tiga hari ini, aku dan anak-anakku belum makan apa-apa. Aku sudah mencari sesuap nasi kemana-mana demi tiga orang anakku, namun aku tidak menemukannya selain bangkai ayam ini. Maka aku akan memasak bangkai ini karena ia halal untuk aku dan anak-anakku (darurat)."

Ketika aku mendengar apa yang dikatakan wanita itu, sungguh bulu kudukku langsung berdiri tegak, hatiku terasa tersayat-sayat oleh derita mereka. Aku berkata dalam hati, "Wahai Ibnu Mubarak, haji mana yang lebih mulia daripada menolong wanita ini?" Kemudian aku berkata kepada wanita itu, "Wahai wanita Alawiyyah, sesungguhnya bangkai ayam ini telah diharamkan untukmu. Bukalah bungkusanmu, aku ingin memberimu dengan sedikit pemberian." Lalu wanita itu mengeluarkan sebuah bungkusan dan aku pun menumpahkan semua uang dinarku ke dalam bungkusan itu.

Wanita itu langsung berdiri tergesa-gesa karena bahagia dan dia mendoakan kebaikan untukku. Kemudian aku pulang ke rumah, sementara keinginanku untuk pergi haji sudah pupus. Lalu aku menyibukkan diri dengan banyak istighfar dan beribadah kepada Allah. Rombongan haji pun mulai berangkat ke Baitullah.

waktu terus bergulir, musim haji pun telah lewat. Abdullah bin Mubarak pun menyambut kawan-kawannya yang baru pulang dari naik haji. “selamat semoga Allah menerima haji mu dan segala usahamu,” sambut Abdullah bin Mubarak. 

Tetapi anehnya, teman-teman Abdullah bin Mubarak pun mengucapkan kalimat yang ama untuk beliau: dmeikian pula untukmu Abdullah, semoga Allah menerima ibadah haji mu dan segala usahamu.” Bukankah kami bertemu dengan mu pada waktu ibadah haji kemarin, hai Abdullah?” ujar seorang temannya. Abdullah bin Mubarak semakin heran dan tidak mengerti. 

Namun dimalam harinya keheranan Abdullah pun terjawab. Dalam mimpinya Abdullah bin Mubarak bermimpi bertemu Rasulullah SAW datang dan bersabda padanya: “: "Wahai Ibnu Mubarak, engkau telah memberikan uang dinarmu kepada salah seorang keturunanku. Engkau telah melapangkan kesusahannya dan engkau telah memperbaiki kondisinya dan anak-anaknya. Maka Allah telah mengutus malaikat dalam rupamu. Malaikat itu menunaikan haji untukmu setiap tahun. Dan pahala untukmu akan mengalir terus hingga hari kiamat." Aku pun terbangun dari tidurku. Aku bersyukur dan memuji kepada Allah atas segala karunia-Nya kepadaku”.

Alangkah bahagianya Abdullah bin Mubarak Allah tetap menghajikannya dengan menggantikan untuknya seorang malaikat yang akan menghajikannya setiap tahun. Maha benar Allah yang tidak menyia-nyiakan amalan hambanya. Ia telah membahagiakan Rasulullah SAW karena menolong keturunannya. Tentulah kita juga akan sangat berterima kasih ketika seseorang menolong keturunan kita atau anak kita kepada orang yang telah menolong itu. Dan siapa yang membahagiakan Rasulullah SAW, maka ia telah membahagiakan Allah SWT.

Sumber: Dari berbagai sumber

Jumat, 10 Juni 2011

Masih kah Kita Mencintai Sesuatu Melebihi Cinta Kita Kepada-Nya


kasih sayang ALLAH, melebihi semua kasih sayang,,,
melebihi kasih sayang ibunda kita kepada kita dan melebihi kasih sayang kekasih kita kepada kita,,,

lantas masihkah kita mencintai sesuatu melebihi cinta kita kepadaNYA???
masihkah kita mencintai sesuatu yang belum tentu mencintai kita???
masihkah kita mencintai sesuatu yang cintanya tak sebesar kasih sayang ILAHI???
masihkah kita lupa betapa besar jasa-NYA yaitu memberi kehidupan kepada kita???
tak ada jasa yang lebih besar melebihi jasa memberikan kehidupan dari ketiadaan,,,

Sabtu, 04 Juni 2011

Fadhilah Bersholawat


“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir-Rahimahullah- berkata: “Maksud ayat ini adalah bahwa Allah subhaanahu wa ta’aala mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di langit di mana malaikat-malaikat bersholawat untuknya, lalu Allah subhaanahu wa ta’aala memerintahkan makhluk-makhluk yang ada di bumi untuk bersholawat dan salam untuknya, agar pujian tersebut berkumpul untuknya dari seluruh alam baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah.”
Ibnul Qoyyim -Rahimahullah- berkata dalam buku “Jalaul Afham”: “Artinya bahwa jika Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk rasul-Nya, maka hendaklah kalian juga bersholawat dan salam untuknya karena kalian telah mendapatkan berkah risalah dan usahanya, seperti kemuliaan di dunia dan di akhirat.”
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” [H.R. Muslim]. Yang dimaksud sholawat Allah disini adalah berupa rahmat atau kebaikan dari Allah SWT, maka sungguh beruntunglah ketika kita bersholawat kepada nabi sollallahu alaihi wa sallam. Ada pun beberapa faedah shalawat atau dengan kata lain keutamaan shalawat dan mengucap salam kepada Rasulullah Saw, yaitu:
  1. Shalawat adalah serupa dengan perintah Allah Swt.
  2. Bersamaan dengan Allah Swt ketika kita bershalawat. Sedangkan jika shalawat kita berbeda. Shalawat kita adalah doa dan permohonan. Sedangkan shalawat Allah Swt adalah keagungan dan kemuliaan.
  3. Malaikat pun ikut shalawat didalamnya.
  4. Allah akan memberikan balasan sepuluh, jika orang tersebut mengucapkan shalawat sekali.
  5. Shalawat mengangkat sepuluh derajat.
  6. Dituliskan sepuluh kebaikan.
  7. Shalawat menghapus sepuluh keburukan.
  8. Shalawat akan mendatangkan pengijabahan atas doanya. Jika shalawat didahulukan maka akan menghantar kepada Allah Swt. Sedangkan jika tidak diucapkan ketika berdoa, maka doa tersebut akan menggantung antara langit dan bumi.
  9. Penyebab syafaat Nabi, jika ia meminta perantaraan ataupun meninggalkannya.
  10. Penyebab diampunkannya dosa.
  11. Penyebab untuk dicukupkannya kesedihan oleh Allah Swt kepada hamba-Nya.
  12. Penyebab kedekatan seorang hamba kepada Rasulullah Saw di hari Kiamat.
  13. Menempatkan kedudukan sedekah pada yang sepuluh.
  14. Penyebab ditunaikannya kebutuhan.
  15. Penyebab Allah dan para malaikat bershalawat kepadanya.
  16. Shalawat adalah bentuk zakat bagi orang yang bershalawat dan merupakan penyuci baginya.
  17. Penyebab datangnya kabar gembira bagi si pelakunya dengan surga sebelum ia mati.
  18. Penyebab diselamatkannya si pelaku dari keadaan hari Kiamat.
  19. Penyebab menjawabnya Nabi Saw (atas shalawat yang dilantunkannya).
  20. Penyebab pengingat dari sesuatu yang ia lupakan.
  21. Penyebab baiknya sebuah majelis, juga tidak akan merugikan seseorang yang termasuk ahli didalamnya.
  22. Penyebab menolak kefakiran.
  23. Menolak kepada pelakunya nama bakhil jika ia membalas orang mengucap shalawat atas Nabi Saw.
  24. Penyebab kesuksesan doa jika disebutkan diawal doa atau pun dibelakangnya jika ia lupa bershalawat kepada Nabi Saw.
  25. Shalawat akan mengantar pada jalan surga, serta seseorang akan meninggalkan jalan itu karena sebab meninggalkan shalawat.
  26. Menyelamatkan dari fitnah di sebuah majelis yang tidak berdzikir kepada Allah dan Rasul-Nya, atau tidak memuji dan mengagungkan-Nya, dan bershalawat kepada Rasul-Nya.
  27. Merupakan kesempurnaan bicara yang diawali denhan Hamdallah (memuji Allah) lalu shalawat kepada Rasul-Nya.
  28. Berlimpahnya cahaya seorang hamba ketika berada di Shirath.
  29. Shalawat akan mengeluarkan seorang hamba dari kehilangan.
  30. Penyebab akan ketetapan Allah Swt dalam mengagungkan kebaikan bagi orang yang bershalawat kepadanya antara penduduk langit dan bumi. Karena orang yang bershalawat adalah menuntut kepada Allah agar kiranya Allah mengagungkan kepada Rasul-Nya, memuliakan, dan menghormatinya. Ini merupakan bagian dari amal, maka adalah harus bagi orang yang shalawat bagian seperti itu.
  31. Penyebab keberkahan, baik pekerjaan ataupun usianya
  32. Penyebab untuk menggapai rahmat Allah, karena rahmat adalah makna dari shalawat.
  33. Penyebab kekalnya kasih sayang kepada Nabi Saw, dengan cara menambah atau melipat-gandakannya. Ini merupkan bentuk ikatan iman yang tidak akan sempurna bila tidak ada shalawat didalamnya. Karena ketika ia memperbanyak dalam mengingat yang ia cintai dan menghadirkannya dalam hati, serta memperindah dalam menghadirinya. Maka itu adalah bentuk cinta yang penuh dan semakin berlipat cintanya dan semakin bertambah rasa rindunya. Jika semakin penuh rasa rindunya, merupakan kebiasaan jika seseorang mencintai sesuatu, maka pasti ia sangat menginginkan untuk melihatnya. Sedangkan jika ia merasa cinta, maka akan semakin kuat ia mengingatnya. Sehingga lisan senantiasa memuji dan mengagungkan yang dicintainya. Sehingga ia akan terus menggandakan dan menambahkan keindahan dalam tiap kata ketika mengingatnya.
  34. Penyebab rasa cinta Nabi Saw kepada seorang hamba.
  35. Penyebab mendapatkan hidayah dari Allah, serta penyebab hidupnya hati.
  36. Penyebab dikembalikannya nama orang yang bershalawat oleh Nabi Saw 9Nabi Saw menjawab shalawat dan ucapan salam orang tersebut). Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, "Sesungguhnya shalawat kalian akan disampaikan kepadaku. Kemudian sabdanya pula, "Sesungguhnya Allah mewakilkan atas kuburku malaikat yang senantiasa menyampaikan nama umatku yang mengucapkan salam kepadaku."
  37. Penyebab tetapnya kedua kaki ketika berada di Shirath.
  38. Bershalawat merupakan menunaikan sedikit daripada hak Nabi Saw, serta merupakan perlambang dari rasa syukur atas diturunkannya, yang merupakan bentuk dari nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita.
  39. Bershalawat adalah gabungan antara shalawat dan dzikir kepada Allah, serta bersyukur kepada Allah. Bershalawat juga merupakan bentuk pengetahuan akan nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya dengan bentuk mengutus Nabi Saw.

Jumat, 03 Juni 2011

Dari Data Hingga Terdaftar


Saat SMP Imajinsainya tentang Nabi Isa AS, membawa Prana Tanjudin, 40 tahun, kepada pertanyaan: Apa hanya Nabi Isa AS yang bisa menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, makan sepotong roti dan minum dari segelas untuk orang banyak? “apa tidak ada orang lain yang bisa berbuat seperti Nabi Isa AS,”. Pertanyaan itu memenuhi benaknya sebagai input dari bacaannya mengenai Nabi Isa AS yang diperolehnya dari sebuah gereja, untuk menjawabnya tidak bisa gratis harus beli.
            Pada tahun 1981, ketika naik kelas tiga SMP, ia dipindahkan oleh ayahnya, melanjutkan sekolah diyogya. Pamannya yang tengah kuliah di Universias Gajah Mada, mendaftarkan dirinya ke SMP negeri 3, yang tidak jauh dari tempat kostnya. Untuk memudahkan semua urusan, didata siswa ia ditulis beragama Islam. Konsekuensinya, ketika diterima disekolah itu, ia harus mengikuti pelajaran agama Islam, termasuk mengikuti shalat jumat.
Untuk mengejar ketinggalan dalam pelajaran agama Islam, terutama tentang cara shalat, ia kursus kilat kepada seorang teman pamannya. Berhubung memang tidak pernah tahu tata cara shalat, teman pamannya berpesan, “janganlah shalat sendiri, melainkan berjamaah. Kalau kamu lihat semua orang sudah berdiri setelah qamat, ikuti saja apa yang mereka lakukan.”
Hal itu baru terungkap ketika ia mengikuti ujian teori dan praktek agama, namun tidak mengurangi simpati guru agamanya. Ia bahkan memberi angka delapan dijazahnya. “saat ini kamu tidak banyak mengerti dna memahami Islam, tetapi saya ykin suatu saat nanti kamu akan bisa mengerti Islam lebih baik dari sekarang,” kata guru agama itu.
Tahun 1983, ketika bangun tidur di pagi hari ketika hari jumat, pikirannya galau, mengaku sebagai seorang Islam, tapi kok tidak serrius mengikutu Islam. Shalat pun hanya sekali yaitu pad ahari jumat. Sejak hari itu, ia bertekad untuk mengerjakan shalat fardhu. “adzan kan beberapa kali, kenapa aku shalat hanya sekali?” pikirnya.
Meskipun sudah menjalankan shalat fardhu beberapa lama, ia tetap tidak berani pergi kemasjid dekat rumah, termasuk pada hari jumat. Keberaniannya baru muncul ketika seorang tetangga mengajaknya shalat jumat. Bersama si tetangga ia pun melangkah kemasjid melakukan shalat jumat.
Akhir 1984, ketika ia berada di Jakarta, seorang temannya berusaha mengajaknya kembali keagama kristen. Caranya mengajak dialog tentang agama, sehingga ia merasa tersudut. Sepulan dari Jakarta, pilihannya untuk masuk Islam semakin mantap. Dan dengan kesadaran penuh ia berdoa mohon petunjuk agar tidak tersesat. “ ya Allah yang maha pengasih, maha penyayang, yang maha mengetahui, tunjukilah jalan yang harus hamba ikuti agar tidak tersesat.”
Suatu malam, ia bermimpi diajak seorang lelaki kesuatu tempat. Disana telah berkumpul sekelompok orang berbaju putih. Orang itu meminta agar ia mengikuti kata-katanya. Ternyata, yang mereka ucapan adalah syahadat. Maka, sempurnalah imannya. Taklama kemudian, ia sujud syukur sembari mengucapkan, “ya Allah inilah petunjuk yang hamba tunggu. Mudahkanlah hamba dalam mempelajari agama yang telah Engkau beri petnjuk ini.”
“Barangkali begitulah cara Tuhan membawa saya kepada agama Islam,” tutur Prana sambil tersenyum. Yang pasti sejak itu ia mantap menunaikan shalat lima waktu, meski tidak mengikrarkan didepan ustadz, kiai atau ulama.
ANALISA
Prana mengalami masa tenang pertama yaitu ketika ia bersikap acuh tak acuh saat ia didata beragama islam padahal ia sendiri adalah beragama kristen. Itu membuktikan bahwa ia tidak memperdulikan masalah agama, bahkan bersikap acuh tak acuh terhadap agama. Keudian masa pada saat ia mulai mengalami konflik yaitu ketika bangun tidur di pagi hari ketika hari jumat, pikirannya galau, mengaku sebagai seorang Islam, tapi kok tidak serrius mengikutu Islam. Shalat pun hanya sekali yaitu pad ahari jumat. Sejak hari itu, ia bertekad untuk mengerjakan shalat fardhu. “adzan kan beberapa kali, kenapa aku shalat hanya sekali?” pikirnya. Padahal saat itu ia belum memeluk islam, namun masih hanya islam secara data yang ada disekolah. Hal itu meimbulkan goncangan didalam dirinya berupa apakah ia akan tetap beragama kristen atau mulai menerima agama islam.
Namun setelah masa goncang itu ia mulai melakukan konversi itu sendiri yaitu ketika dengan kesadaran penuh ia berdoa mohon petunjuk agar tidak tersesat. “ ya Allah yang maha pengasih, maha penyayang, yang maha mengetahui, tunjukilah jalan yang harus hamba ikuti agar tidak tersesat.” Ini menunjukkan bahwa dengan kemaunnya sendiri sebenarnya ia memilih islam sebagai agamanya. Ia berdoa minta petunjuk agar Allah memberikan petunjuk dan menetapkan bahwa yang didalam hatinya mengenai islam adalah benar, ia minta lebih diyakini Allah. Dan puncak kontrovesinya terjadi ketika Suatu malam, ia bermimpi diajak seorang lelaki kesuatu tempat. Disana telah berkumpul sekelompok orang berbaju putih. Orang itu meminta agar ia mengikuti kata-katanya. Ternyata, yang mereka ucapan adalah syahadat. Maka, sempurnalah imannya. Saat itu ia sudah mendapat kekuatan dan semangat.
Kondisi yang sempat kacau tadi setelah terjadi konversi itu mulai tentam kembali setelah ia memiliki kekuatan dan semangat yaitu ditunjukkan ketika Taklama setelah konversi, ia sujud syukur sembari mengucapkan, “ya Allah inilah petunjuk yang hamba tunggu. Mudahkanlah hamba dalam mempelajari agama yang telah Engkau beri petnjuk ini.” Inilah yang menunjukkan dan ketenangannya setelah menjadi islam. Inilah tahap keempat.
Selanjutya tahap kelima yaitu ekspresi konversi setelah ia melakukan konversi ditunjukkan dengan ia mantap menunaikan shalat lima waktu. Itulah ekspresi ketaatanya terhadap kepercayaan barunya. Karena sebelumnya ia juga sempat melakukannya, namun bukan sebagai ekspresi konversinya, namun sebagai konflik dalam dirinya.
Semua yang dia lakukan berdasarkan faktor-faktor:
1.      Adanya pertentangan batin antara agama lama dengan agama barunya. Yaitu ketika ia berdoa agar Allah memberikan petunjuk agar tidak tersesat. Dari kepercayaan yang salah.
2.      Pengaruh dari tradisi agama. Yaitu pengaruh dari adzan dan tradisi shalat berjamaah disekolahnya.
3.      Ajakan atau sugesti. Yaitu ajakan dari seorang temanya untuk shalat jumat, dan mimpinya yang akhirnya ia melakukan konversi juga lewat mimpinya dengan diajak oleh seseorang berbaju putih tersebut untuk mengucaokan syahadat.
4.      Faktor emosi. Yaitu keadaan jiwanya yang tak pernah tenang pada saat ia masih dalam keadaan mencari apa yang terbaik yang akan dipilih.
5.      Kemauan. Ditunjukkan pada saat ia mau diajak orang yang berbaju putih tersebut untuk mengucapkan syahadat